▼
Selasa, 24 Juni 2014
HARAPAN DAN DOA DARI PELAKSANAAN JALSAH SALANAH AHMADIYAH WILAYAH PRIANGAN TIMUR 2014 DI WANASIGRA
HANYA semata-mata hidayah dan karunia Ilahi, pertemuan tahunan atau Jalsah Salanah Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) di Wanasigra dapat terselenggara dan berjalan lancar serta penuh berkat.
Awalnya panitia Jalsah Wilayah yang ada di JAI Wilayah Priangan Timur (Priatim) telah sepakat bahwa jalsah salanah tahun ini di Priatim akan dibagi tiga tempat pelaksanaannya.
Rencana di Garut adalah pada tanggal 23—25 Mei 2014, di Tenjowaringin (Nagrak) ada pada tanggal 25—27 Mei 2014, serta di Ciamis (Pangandaran) berencana pada tanggal 27—29 Mei 2014.
Dari tiga tempat jalsah salanah ini, rencana pelaksanaan di Tenjowaringin akan diadakan secara terbuka dengan mengundang aparat pemerintah, MUI, dan ormas Islam termasuk FPI.
Namun niat acara jalsah salanah sambil mengundang mereka itu belum bisa terwujud dikarenakan Kepala Polisi Resort Tasikmalaya “tidak memberikan izin” pelaksanaan pertemuan tersebut. Alasannya, akan menimbulkan konflik.
Menurut Muballigh JAI Maulana Mubarak Ahmad, dalam laporannya via email, hal itu menjadikan sebuah tanda tanya yang besar—mengapa.
Karena, mereka yang selalu mengatakan Ahmadiyah terlalu eksklusif dan menutup diri serta tidak mau membaur dengan mereka, namun ketika mereka diundang dalam acara yang diadakan oleh kita Ahmadi, mereka malah mengatakan seperti itu.
Perlu dipahami bahwa Ahmadiyah adalah bagian dari Islam. Tiada ajaran yang disampaikan kecuali ajaran Islam, dan semua ajaran dan keyakinan Ahmadi jelas dan terbuka.
Dengan tidak diizinkannya jalsah salanah di Tenjowaringin, hal ini tidak membuat warga JAI di Tenjowaringin bersedih dan berkecil hati.
Dengan semangat yang tinggi, jalsah salanah tetap diadakan, hanya diubah hari serta tanggalnya dan dibagi menjadi tiga tempat.
Salah satu acara jalsah salanah yang dilaksanakan di Masjid Fadhal Wanasigra pada hari Ahad tanggal 31 Mei hingga hari Senin tanggal 1 Juni 2014; ia dihadiri oleh 798 peserta yang berasal dari tiga cabang atau jemaat lokal, yakni jemaat Wanasigra Pusat, jemaat Wanasigra Wetan, dan jemaat Kersa Maju.
Jalsah salanah dibuka dengan doa bersama oleh Maulana Mubarak Ahmad. Ia adalah muballigh setempat yang bertugas di SMA Al-Wahid Tenjowaringin.
Maulana Mubarak antara lain menyampaikan pesan-pesan atau amanat-amanat dari Sang Pendiri Jamaah Muslim Ahmadiyah Hadhrat Imam Mahdi-dan-Almasih Yang Dijanjikan (Masih Mau’ud) a.s. tentang tujuan dibentuk dan dilaksanakannya jalsah salanah.
Tujuan pertama dari jalsah salanah adalah untuk memungkin setiap Anggota yang tulus ikhlas secara pribadi dapat merasakan manfaat agama.
Sehingga—kedua, mereka dapat meningkatkan pemahaman atau makrifat mereka yang diberkati oleh Allah; dan—ketiga, pandangan maupun keyakinan mereka pada Allah Yang Maha Kuasa akan meningkat.
Di antara manfaat tambahan lain—keempat—adalah, dari pertemuan ini akan terjalin tali kasih sayang untuk saling mengenal di antara sesama saudara rohani dan akan memperkuat ikatan persaudaraan dalam Jamaah.
Jalsah salanah pula memberikan semangat atau motivasi. Hendaknya para peserta jalsah salanah senantiasa selalu asyik dalam berzikir kepada Ilahi, berselawat, serta berdo’a; dan, secara teratur juga tepat waktu, mengikuti kegiatan ibadah shalat berjamaah serta siraman rohani dari penceramah.
Dalam jalsah ini, ada tujuh penceramah yang bertugas menyampaikan siraman rohani. Maulana Mubarak Ahmad memberikan ceramah dengan tema “Berkat-berkat Jalsah Salanah.”
Sedangkan tema ceramah Abdul Mun’im adalah “Sirat Hadhrat Masih Mau’ud a.s.: Kecintaan kepada Nabi Muhammad saw..”
Lili Suwarli menyampaikan ceramah “Peran Rishtanata (Biro Jodoh) dalam menyiapkan Abad Kemenangan” di samping Sukma yang juga memberikan tema ceramah “Islam agama yang toleran dan damai” dan cermaha Suparmin yang bertemakan “Siratun Nabi: Kecintaan Rasulullah saw. kepada Allah swt..”
Sementara itu, Maulan Usman Anas memberikan ceramah “Berkat-berkat dan pengabulan doa” dan ceramah Muballigh JAI Wilayah Priangan Timur Maulana Alhajj Syaeful Uyun adalah “Khilāfat ‘alā min Hājin-Nubuwwah—Kepemimpinan bercorak Politik atau Agama?”
Selain dari itu, ada ceramah atau daras usai shalat Shubuh yang disampaikan Amir JAI Daerah (Amirda) Tasikmalaya Iyon Sofyan.
Di dalam darasnya, Iyon Sofyan menyampaikan beberapa hal yang berhubungan dengan pelaksanaan Jalsah Salanah di tiga tempat yang berbeda.
Dalam sambutan penutupan Jalsah Salanah, Ketua JAI Wanasigra Adang Suryana menyampaikan, “Rasa bahagia yang luar biasa bagi saya dan warga jemaat Wansigra yang telah melaksanakan acara ini yang tadinya dirasakan banyak kekhawatiran.
“Tapi, berkat karunia Allah Taala, acara ini bisa dilaksanakan sesuai rencana. Meskipun acara ini dilaksanakan pada waktu yang singkat (dua hari—Red.) karena ada perubahan yang fundamental.
“Tadinya, Wanasigra sama sekali nyaris tidak mempersiapkan acara ini. Di mana acara yang tadinya akan dilaksanakn secara gabungan se-Tenjowaringin namun akhirnya dilaksanakan hanya per cabang dan—alhamdu li’l-Laah—menjadi tiga cabang.
“Kemudian, saya sangat bahagia karena Bapak Mubaligh Wilayah dan Bapak Amirda yang tadinya sama sekali tidak direncanakan akan hadir, namun tiba-tiba hadir sampai-sampai bisa mengikuti shalat tahajud bersama.
“Pemateri acara adalah penceramah lokal. Saya sebagai perwakilan dari pengurus Jemaat Wanasigra mengucapkan [terima kasih]—JazaaKumu’l-Laahu ahsana’l-Jazaa’—atas kehadiran beliau.
“Kata para anggota, mereka merasa senang.”
Jalsah Salanah ditutup dengan doa oleh Mubaligh Wilayah Maulana Alhajj Syaiful Uyun.
Namun sebelum dengan doa, Maulana Alhajj Syaiful memberikan amanat sebagai berikut, “Sidang Jalsah yang berbahagia—Bapak-bapak dan Ibu-ibu.
“Dari tadi malam, Bapak-bapak dan Ibu-ibu duduk di sini bersilaturahim dengan sesama Anggota Jemaat dan juga sama-sama menimba ilmu mendengarkan siraman-siraman rohani dari para pembicara.
“Pesan saya: Pererat tali silaturahim; timba ilmu yang kita dapatkan sebanyak-banyaknya; dan kemudian, kita aplikasikan dalam kehidupan nyata kita sehari-hari.
“Tujuan dari Jalsah Salanah itu adalah untuk mempererat tali ruqiyah Islamiyyah Ahmadiyyah, untuk menambah pengetahuan keagamaan warga Jemaat.
“Kemudian, mengaplikasikannya pada kehidupan nyata.
“Tugas ke depan kita cukup banyak dan berat. Untuk Jalsah ke depan, saya ingin dilaksanakan dalam suasana bersama, tenang, dan nyaman pada lingkup yang besar.
“Kemarin, kita sudah mencoba tapi—bukan gagal, mungkin belum berhasil; dan ke depan, kita akan mencoba lagi.
“Oleh karena itu, mulai dari sekarang jalin rabithah di sekitar desa Tenjowaringin dengan baik.
“Saya pun akan menjalin rabithah di ‘tingkat atas’ dan birokrat. Insyaa’ Allaah—harapan kita akan tercapai.
“Dengan perjuangan dan doa—alhamdu li’l-Laah, jemaat Wanasigra-khususnya dan dua jemaat sekitar, dapat melaksanakan jalsah salanah dengan tenang dan penuh keberkatan.
“Semoga kita-semua mendapatkan keberkataan doa-doa Hadhrat Masih Mau’ud a.s.. Dan, semoga tahun depan, Jalsah Salanah dapat dilaksanakan se-Priangan Timur. Aamiin Allaahumma Aamiin.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar