Sejarah Jemaat Ahmadiyah Wanasigra.
Wanasigra-Kira-kira pada tahun 1949 seorang warga dari kampung Wanasigra yaitu Bpk. Rosid pergi ke Kota Garut dan bertemu dengan seorang Ahmadi yang bernama Bpk. Ujer. Setelah mengadakan pembicaraan tentang ke-Ahmadiyahan, akhirnya Bpk. Rosid menyatakan baiat masuk ke dalam Jemaat Ahmadiyah. Kemudian Bpk. Rosid mengajak Bpk. Ejen untuk mengikuti pelajaran-pelajaran tentang ke-Ahmadiyahan.
Setelah itu kedua bapak tersebut mengajak Bpk. Sadkar untuk menyampaikan tabligh di Wanasigra. Atas karunia Illahi, pada tahun 1950 ada 50 orang yang menyatakan baiat masuk ke dalam Jemaat Ahmadiyah. Kira-kira selama 4 bulan, Wanasigra bergabung dengan Cabang Tasikmalaya, mengingat letakanya ada di Kabupaten Tasikmalaya, sebagai ranting Wanasigra. Setelah kurang lebih selama 2 tahun menjadi ranting, berhubungan jumlah anggota yang semakin bertambah, maka Wanasigra di jadikan cabang yaitu pada tahun 1952, dalam tahun itu kira-kira sampai tahun 1957, terjadi penyerangan dari gerombolan-gerombolan yang mengakibatkan barang-barang dan rumah habis dibakar, tetapi Allhamdulillah anggota Jemaat tidak ada yang menjadi korban. Oleh karena keadaan yang tidak aman itulah banyak anggota yang mengungsi ke daerah lain seperti ke Garut, Tasikmalaya, dan ke daerah Salawu.
Baru pada tahun 1960-an mereka pulang kembali ketempat asalnya, meskipun demikian, kegiatan organisasi hampir tidak ada, dan baru dimulai kembali sekitar tahun 1970-an. Perkembangan Kegiatan & Keadaan Anggota Dari Tahun 1952 hingga sekarang. Antara tahun 1952 hingga tahun 1957, pengajian diadakan pada setiap hari Minggu di Masjid Wanasigra dan Nyalindung diikuti oleh 50 orang dan beberapa warga Non-Ahmadi. Pada tahun 1958, pengajian diadakan ditiap kelompok sebulan sekali secara bergilir yaitu di kelompok Ciguning Tilu, Sukasari, Wanasigra, Kupak/Sukamaju, Nagrak dan Citeguh.
Karena keadaan tidak memungkinkan, antara tahun 1960-1970 tidak ada kegiatan organisasi, kecuali menjalankan peribadahan bersama-sama dengan Jemaat di cabang. Mulai tahun 1975, kegiatan tarbiyat diaktifkan kembali dan diadakan pada setiap hari Minggu, berupa pengajian, latihan berpidato, pelajaran tentang doa-doa, tajwid membaca Al-Qur'an dan Hadist, dan PKK, bertempat di Masjid Wanasigra dan Citeguh. Kegiatan tabligh karena keadaan tidal memumgkinkan untuk mengadakan tabligh secara umum, maka hanya dilakukan secara perorangan saja dengan cara menengok orang yang sakit, mengobatinya dan memberikan pertolongan lainnya. Selain itu diundang dalam pengajian, dan memberikan buku-buku Jemaat.
Allhamdulillah, atas karunia Illahi ada saja orang yang baiat masuk ke dalam Jemaat Ahmadiyah. Pada tahun 1981 Jemaat Ahmadiyah Cabang Wanasigra menyelenggarakan peringatan Isra Mi'raj. Dan pada tanggal 12 Januari 1982 menyelenggarakan acara Maulid Nabi Muhammad saw dengan mengundang aparat pemerintah tingkat desa sampai kecamatan, warga PKK, ketua DKM dan LKMD setempat, bertempat di Masjid Wanasigra dengan anggota yang hadir pada saat itu 450 orang dan 12 Non-Ahmadi. Jumlah anggota dari sejak berdirinya Cabang Wanasigra hingga sekarang menunjukan perkembangan yang pesat, pada tahun 1952 anggota hanya sekitar 20 orang saja, pada tahun 1966 jumlah amggota tercatat ada 115 orang, pada tahun 1974 meningkat menjadi 398 orang.
Antara tahun 1974 hingga 1980 jumlah anggota tetap disekitaran tersebut. Pada akhir tahun 1981 jumlah anggota meningkat menjadi 460 orang, dan pada bulan Mei 1982 tercatat sejumlah 499 orang anggota. Berbagai cobaan telah dialami oleh anggota Jemaat yang ada di Wanasigra seperti gerombolan ataupun bencana alam seperti longsor yang terjadi pada tanggal 18 Juli 1979, yang menewaskan 5 orang anggota Jemaat. Namun mereka lalui dengan ketabahan dan keimanan yang tinggi, demikian pula dalam soal pengorbanan, meskipun kebanyakan mereka adalah dari keluarga petani, namun kesadaran akan tanggung jawab berorganisasi sanggat tinggi.
Mereka membayar iuran dan dana-dana lain serta sumbangan untuk pembangunan Masjid maupun Madrasah. Seorang Lajnah Imailah me waqafkan sebidang tanah untuk Madrasah pada tahun 1982, dan anggota Jemaat yang lain berlomba-lomba memberikan sumbangan agar bangunan Madrasah pada saat itu dapat cepat terwujud. Pada saar ini Jemaat di Wanasigra telah memiliki sebuah Madrasah dengan 3 kelas muridnya berjumlah sekitar 300 orang .
Dalam hubungan dengan masyarakat, anggota Jemaat sering memberikan sumbangan kepada Non-Ahmadi yang ditimpa kemalangan, seperti yang terjadi pada tahun 1981, dimana anggota Jemaat menyumbang alat-alat dapur seperti, pakaian, uang dan beras kepada keluarga Non-Ahmadi yang kebakaran rumahnya akibat di serang gerombolan, dan bencana longsor.
Oleh: Rizal Waqfeen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar